Pengertian Qada dan Qadar
Qada dan Qadar berasal dari bahasa Arab yang mengandung banyak makna. Qada dapat berarti ‘hukum’ atau ‘keputusan’. Sedangkan kata qadar berarti ‘ukuran’ atau ‘ketentuan’ dan ‘kepastian’. Apabila kedua kata tersebut dihubungkan dengan Allah, makaakan menjadi qada Allah dan qadar Allah.
Iman kepada qada dan qadar Allah memiliki fungsi dan manfaat terhadap manusia itu sendiri, antara lain :
- Memotivasi manusia untuk senantiasa bersyukur, patuh terhadap perintah Allah, menjauhi larangan Allah, dan takut terhadap azab Allah.
- Iman kepada qada dan qadar yang terefleksi melalui perilaku, diupayakan untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
- Mempelajari ilmu pengetahuan dan menggali dengan kreativitasnya untuk menemukan dan mengungkapkan ilmu-ilmu Allah dengan berlandaskan iman dan takwa.
- Melalui akal dan fikiran, manusia dapat memahami bahwa takdir manusia bukan berarti berdiam diri saja atau menyerah tanpa usaha dan kerja keras.
- Menumbuhkan sikap dan perilaku terpuji serta menghilangkan sifat tercela dan menyuburkan sikap dan perilaku sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalam hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan perilaku sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam kehidupan.
- Aplikasi dari iman terhadap qada dan qadar yang benar adalah menyelaraskan ucapan, perilaku, dan hatinya untuk berbuat baik kepada sesama tanpa membeda-bedakan.
- Hikmah lain, khususnya bagi para ilmuwan tentang keyakinan akan takdir Allah adalah mendukung perkembangan ilmu dan teknologi karena pada dasarnya berpijak pada prinsip-prinsip keteraturan, pengamatan yang intensif, dan berkausalitas sehingga manusia menemukan suatu ketetapan hukum yang terdapat dijagat raya ini.
Dalil-dalil wahyu yang menjelaskan tentang qada dan qadar diantaranya adalah firman Allah SWT sebagai berikut :
إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ
Artinya : “Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran”. (QS Al-Qamar/54: 49)
Sabda Rasulullah saw :
“Dari Hamaid bin Abdurrahman Alhimri, bersabda Rasulullah saw. Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, kepada malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, kepada hari akhir, dan beriman kepada qadar, baiknya maupun buruknya.” (HR Muslim).
Dan :
“Iman kepada qadar adalah aturan tauhid” (HR Ad Dailami).
Dikalangan ulama Asy’ariah, hubungan qada dengan qadar mmerupakan satu kesatuan karena qada merupakan kehendak Allah SWT, sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak itu sendiri.
Firman Allah SWT :
فَيَكُونُ كُن لَهُۥ يَقُولُ فَإِنَّمَا أَمْرًا قَضَىٰٓ إِذَا
Artinya : “Apabila Dia kehendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.” (QS Ali-’Imran/3: 47)
Hal-hal yang memiliki kaitan dengan qada dan qadar, antara lain sebagai berikut :
- Ikhtiar
Keberadaan qada dan qadar Allah tentu saja tidak dimaksudkan untuk membuat manusia menjadi makhluk yang pasif yang selalu menerima dan tergantung pada sesuatu. Diam dan pasif bertentangan dengan fitrah manusia dan ajaran tauhid. Oleh karena itu, sikap menggantungkan nasib pada takdir Allah tanpa melakukan usaha atau berikhtiar merupakan sikap yang tidak terpuji. Firman Allah SWT :Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS At-Taubah/9: 51).
Salah satu bentuk penghayatan terhadap fungsi iman kepada qada dan qadar adalah seseorang tidak akan melepaskan tanggung jawabnya sebagai manusia. Segala sesuatu yang terjadi sebagai ketentuan qada dan qadar akan diterima dengan rida dan pasrah. Hal itu merupakan kebijaksanaan dari yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Seorang mukmin berusaha menguasai hukum kausalitas yang merupakan sunatullah pada alam. Tidak ada kaum mukmin yang rela dirinya terjerumus kedalam kehancuran dengan bersandar pada keyakinan atau anggapan bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan. Seorang mukmin juga tidak akan meninggalkan ikhtiar guna mendaoatkan rezeki. Ia akan terus meningkatkan kualitas dirinya dan berintropeksi demi adanya perubahan yang lebih baik.
Firman Allah SWT :
ٱلْكَٰفِرُونَ ٱلْقَوْمُ إِلَّا ٱللَّهِ رَّوْحِ مِن يَا۟يْـَٔسُ لَا إِنَّهُۥ ٱللَّهِ رَّوْحِ مِن تَا۟يْـَٔسُوا
Artinya : “Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir.” (QS Yusuf/12: 87)
- TawakalTawakal adalah penyerahan sesuatu kepada Allah atau menggantungkan urusan diri pada Allah setelah berikhtiar. Orang yang bertawakal, harus mengembalikan masalah yang dihadapinya kepada Allah setelah benar-benar berikhtiar. Ia berpasrah diri karena memang tidak ada lagi yang dapat dilakukan, kecuali tergantung kepada Allah. Apapun hasil dari apa yang diikhtiarkan, akan diterimanya dengan sikap tawakal. Firman Allah SWT menyatakan :
ٱلْمُؤْمِنُونَ فَلْيَتَوَكَّلِ ٱللَّهِ وَعَلَى مَوْلَىٰنَا هُوَ لَنَا ٱللَّهُ كَتَبَ مَا إِلَّا يُصِيبَنَآ لَّن قُل
Artinya : “Katakanlah (Muhammad), “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS At-Taubah/9: 51).Salah satu bentuk penghayatan terhadap fungsi iman kepada qada dan qadar adalah seseorang tidak akan melepaskan tanggung jawabnya sebagai manusia. Segala sesuatu yang terjadi sebagai ketentuan qada dan qadar akan diterima dengan rida dan pasrah. Hal itu merupakan kebijaksanaan dari yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. Seorang mukmin berusaha menguasai hukum kausalitas yang merupakan sunatullah pada alam. Tidak ada kaum mukmin yang rela dirinya terjerumus kedalam kehancuran dengan bersandar pada keyakinan atau anggapan bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan. Seorang mukmin juga tidak akan meninggalkan ikhtiar guna mendaoatkan rezeki. Ia akan terus meningkatkan kualitas dirinya dan berintropeksi demi adanya perubahan yang lebih baik.
Firman Allah SWT :
ٱللَّهَ إِنَّ ٱللَّهِ أَمْرِ مِنْ يَحْفَظُونَهُۥ خَلْفِهِۦ وَمِنْ يَدَيْهِ بَيْنِ مِّنۢ مُعَقِّبَٰتٌ لَهُۥبِقَوْمٍ ٱللَّهُ أَرَادَ وَإِذَآ بِأَنفُسِهِمْ مَا يُغَيِّرُوا۟ حَتَّىٰ بِقَوْمٍ مَا يُغَيِّرُ لَاوَالٍ مِن دُونِهِۦ مِّن مِّن وَمَا لَهُۥ مَرَدَّ فَلَا سُوٓءًا
Artinya : “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Ar-Ra’ad/13: 11).
Hikmah Penghayatan Iman Kepada Qada dan Qadar.
Bila kita meyakini adanya qada dan qadar dari Allah SWT, maka kita pasti memahami hikmah yang terkandung didalamnya, antara lain adalah :
- Kita akan terhindar dari sikap sombong dan takabur karena Allah turut berperan dalam hidup dan kehidupan setiap manusia.
- Bila kita berpikir dan bertindak positif dalam setiap langkah dan perbuatan kita, maka hasil yang diperoleh juga akan baik dan positif.
- Tidak berprasangka buruk kepada Allah karena setiap yang terjadi pada diri kita juga terdapat peranan kita yang ikut menentukan hasilnya.
- Yakin bahwa Allah tidak pernah menyalahi sunah-Nya (sunatullah) sehingga manusia wajib berusaha semaksimal mungkin untuk meraih cita-citanya.
- Segala sesuatu berawal dari diri kita karena Allah tidak akan mengubahnya bila tidak dimulai oleh diri kita sendiri.
- Qada dan qadar bersifat dinamis sehingga manusia yang bersikap pasrah tanpa usaha dilarang dalam ajaran Islam.
- Senantiasa memahami bahwa manusia memiliki langkah-langkah dalam kehidupannya, yakni berikhtiar, berdoa, dan bertawakal kepada Allah SWT.
- Bila mendapat nikmat senantiasa bersyukur dan apabila mendapat ujian atau musibah senantiasa bersabar dan tetap berusaha meraih hal-hal positif.
- Meyakini bahwa doa yang dipanjatkan dengan ikhlas dan sungguh-sungguh akan mendapat jawaban dari Allah meskipun belum tentu dikabulkan pada saat itu juga.
- Tidak akan meminta pertolongan, kecuali hanya kepada Allah.
Comments
Post a Comment